Rabu, 20 April 2011
You're my heart healers
Pagi itu mentari telah muncul dari ufuk timur, burung- burung berkerumun di antara ranting ranting pohon sambil bernyanyi, menyambut pagi bersama iringan suara ayam jantan di luar sana. Tak beberapa lama , kudengar samar- samar….bunyi handponeku bordering nyaring, ternyata kekasihku Dedi menelponku.
“ Pagi sayang!” Terdengar suaranya di seberang sana saat aku baru mengangkat telepon itu.
Sambil menggaruk kepala, aku menjawab…” Hai Beibh! Kenapa?”
“ Aku ganggu kamu ya? Sorry yea. Cepetan mandi, kamu gak sekolah?” Tanyanya lembut.
“ Haa…h..! O iya, sekarang hari senin, adduuuh aku telat nih!!!!, makasih ya beibh, udah ngingetin aku, udah dulu ya…aku mau siap- siap, bye…mmmuaachhh” Jawabku lalu menutup percakapan itu kemudian lari tergesa- gesa menuju toilet.
Suasana ramai, banyak siswa- siswa yang lalu lalang di halaman sekolah. Hatiku penuh dengan rasa bimbang, aku takut kalau aku bakalan telat sekolah. Bajuku compang camping, rambutku amburadul karena tak sempat ku sisir. Pagi ini aku mirip sekali seperti pemulung di belakang sekolah yang sering mungut- mungutin sampah di bak sampah. “ Huuuuuuuft…..untung gak telat!” Gumamku.
Di depan pintu kelas, nampak dua cowok cool yang berdiri sembari tersenyum kepadaku.
“ Hai Nia!” Sapa salah seorang cowok itu. Aku membalasnya dengan senyuman, kemudian kuhampiri laki- laki yang di sebelahnya, kekasihku Dedi. Dedi meremas jemariku, kurasakan kehangatan genggamannya dan ingin ini tak berlalu. Tiba- tiba……..
“ Ehem hem,,,,prikitew! Oiii, jangan mesra- mesraan di depan umum! Ni sekolahan cuy, tempat belajar, di tempat lain aja sana!” Cibir Yuddi yang berdiri di sebelah Dedi.
“ Sirik aja loe! Ganggu banget!” Gerutuku kepadanya.
“ Bener kata Yuddi, taruh dulu tasmu” Ucapnya sembari melepas genggaman itu. Kehangatan tangannya yang kurasakan kini menghilang, musnah seketika.
****
Siang itu, aku dan sahabatku Rara sedang bersandar di bawah pohon Waru di pojok sekolah. Disinilah kami sering nongkrong berdua, di saat kami senang, sedih, susah, dan saat kami ingin mencurahkan isi hati kami masing- masing. Selain curhat, disini kami juga sering nyanyi bareng, seperti saat ini. Kini, kami berdua sedang menyanyikan lagu band favorite kami, Geisha. “ Kamu Yang Pertama” Aku ngerasa, Dedi selalu di dekatku saat menyanyikan lagu ini, selalu terbayang wajahnya memenuhi hari- hariku, rasanya bahagia banget!.
“ Ciiiee…..Nia, Kamu lagi suka rumus matematika ya? Sampe dinyanyiin segala”
“ Haaaa…h? Kok gak nyambung banget sih?” Tanyaku heran.
“ Hehehe….bercanda doank kok! Pasti lagi mikirin Dedi ya!!!”
“ Mmm…Iya!” Sahutku sembari tersenyum kecil.
Rara menatapku tajam, sepertinya banyak sesuatu yang ingin di ungkapkannya padaku.
“ Nia, aku mau ngasi tau sesuatu hal sama kamu, penting banget!” Kata Rara dengan nada serius.
“ Hal apa? Ngomong aja langsung”
“ Tetang Dedi”
“ Iya, Kenapa?” Tanyaku heran.
“ Tapi kamu janji ya, gak marah?”
“ Iya Rara, emang Dedi kenapa?”
“ Kemarin, aku ngeliat Dedi jalan bareng Chica di mall!” Jawabnya dengan yakin. Mataku terbelalak, hatiku yang tadinya berbunga- bunga, kini berubah menjadi penuh tanda Tanya.
“ Dedi gak mungkin gitu, aku gak percaya sebelum ada bukti” Jawabku datar.
“Nia, aku liat sendiri di mall. Kita udah sahabatan hamper dua tahun, kamu tau kan aku gak pernah bohong sama kamu!”Jelas Rara.
Aku bingung, setelah mendengar perkataan Rara aku setengah percaya dan gak percaya kalo Dedi tega selingkuh di belakangku. Setelah beberapa saat terdiam, aku berkata
“ Aku masih bingung Ra, sorry ya aku belum bisa percaya sama kamu, masih belum ada bukti yang jelas!”
“Ya udah deh Nia, aku cuma gak mau suatu saat nanti kamu bakalan nyesel dan sakit hati”
“ Aku gak bakal nyesel” Ujarku tegas kemudian pergi meninggalkannya……
****
Siang itu, aku menunggu taxi di depan sekolah, tapi gak ada taxi yang muncul juga, aku merogoh handponeku yang kuletakan di saku baju, aku pun menelpon Dedi
“Sama sekali gak aktif!” gerutuku, tiba- tiba terdengar suara motor Jupiter MX dari jauh yang terdengar semakin nyaring. Di depanku laki- laki yang membawa sepeda motor Jupiter MX itu berhenti den melepas helmnya
“ Boleh di anter neng??”
“ Yuddi! Ngapain? Aku lagi nunggu Dedi, Dedi mana?”
“ Ya elah…Masa eneng gak tau? Dedi kan lomba Futsal sekarang, katanya Dedi kamu pulang sama aku aja, Mau gak?”
“ Haah! Pulang sama kamu? Ih ogah, emang apa buktinya kalau Dedi nyuruh kamu gantiin dia?” Tanyaku
Yuddi memperlihatkan sms yang dikirim Dedi padanya, ternyata benar bahwa Dedi menyuruh Yuddi menjeputku.
“ Mau gak?” Tanya Yuddi lagi, akhirnya dengan terpaksa aku menerima tawaran Yuddi dan berboncengan dengannya.
“Pegang pinggangku erat- erat ya!” Seru Yuddi
“ Eh…enak aja, nyari kesempatan ya?!” Sahutku jengkel
“ Ya udah, tanggung sendiri ya kalau jatuh” Sahutnya, lalu Yuddi pun menancap gas……….
****
Di sepanjang jalan Yuddi ngebut- ngebutan, aku jadi takut. Tampangnya yang sok ganteng, gayanya yang sok macho, nyebelin, bikin aku tambah bEtE pulang di anter dia, raut wajahku terus saja cemberut di belakangnya.
“ Kamu sayang banget ya sama Dedi?” Tanya Yuddi tiba- tiba.
Aku mengkerutkan alisku kemudian menjawab “ Yaiyalah, aku kan pacarnya!”
“Sebesar apa kamu cinta sama Dedi?”
“Sebesar…..????Sebesar- besarnya lah!!!Emang kenapa?”Tanyaku heran
“ Kamu tau sebesar apa rasa sayang Dedi sama kamu?”
“Mmmm…pasti sayang banget”
“ Sekarang jalan- jalan yuk!”Ajak Yuddi
“Ehh…mau kemana, jangan macem- macem loe!” Bentakku
“Nyari Dedi…”
“Kita mau ke tempat pertandingannya???Oke deh aku mau!” Seruku
“Ya!” Ujar Yuddi datar
Setelah beberapa lama di perjalanan, kami sampai di sebuah taman.
“ Ngapain kita kesini Yud?” Tanyaku kebingungan
“Di situ ada Dedi, cari aja di kursi putih di sebelah timur pohon mangga itu” Kata Yuddi sambil menunjuk pohon mannga besar yang berada tak jauh dari sana.
Aku berjalan mendekat ke kursi putih itu, aku melihat sosok laki- laki yang seperti Dedi dan seorang perempuan berambut ikal di sebelahnya. Nampaknya mereka sedang berpegangan tangan dan laki- laki itu mengelus pipi perempuan itu. Dan ternyata benar, itu adalah Dedi kekasihku. Hatiku perih, terasa teriris- iris, nafasku sesak, tenggorokanku sakit, mataku penuh dengan air dan menetes ke pipiku. Mereka tak menyadari kehadiranku saat ini. Setelah beberapa lama, perempuan itu tertegun melihatku. Dedi yang bingung dengan sikap perempuan itu, Dedi menoleh ke arah belakang
“ Nia!” kata Dedi dengan mata terbelalak.
“ Tega kamu! Ternyata sebesar ini rasa cintamu padaku! Penghianat!”Pekikku keras.
“ Nia, ini cuma salah paham, denger penjelasanku dulu”.
Tanpa basa- basi, aku pergi meninggalkan mereka sambil menangis berlinang air mata.
Aku terus melangkah tanpa arah, yang ada di pikiranku saat ini hanya adegan tadi yang membuatku sakit hati. Semakin ku pikirkan kejadian pahit itu, semakin sakit hatiku ini. Di depan sana, nampak Yuddi menungguku sambil menggenggam sapu tangan berwarna biru.
“ Kamu udah tau Dedi sekarang kan?” Tanya Yuddi sembari menyeka air mata menggunakan sapu tangan biru yang tadi ia genggam.
Aku mengangguk kecil, kemudian menyahut
“ Aku benci Dedi, Yud…thanks ya, udah ngasi tau aku”
Yuddi lalu mendekap tubuhku dan mengelus rambutku
“ Ya, sama- sama . Tapi kamu harus inget, minta maaf sama Rara karena dia udah nyadarin kamu tentang Dedi yang sebenarnya”. Aku kembali mengangguk di pelukannya, dan hatiku kini terasa lebih tenang dari yang tadinya….
****
Dua hari telah berlalu, kini aku dan Rara sudah baikan lagi. Tidak Cuma itu, aku, Rara, dan Yuddi kini telah bersahabat. Ternyata Yuddi tidak seaneh yang aku kira, dia humoris, baik, dan menyenangkan. Semenjak adanya kehadiran Yuddi, hatiku yang sakit kini terasa terobati. Setelah mengenal dan dekat dengan Yuddi, aku merasa senang dan bahagia, tapi rasa bahagia ini berbeda dari rasa bahagia yang biasanya. Hatiku bimbang setiap dekat dengannya, rasanya aku mulai menyukainya. Pagi itu, Rara mengajakku ke tempat tongkrongan biasa kami, di pohon Waru. Tapi setelah kami tiba di sana, Rara meninggalkanku dan menyuruhku menunggunya disana
“ Nia, tunggu bentar yah! Aku mau beli minuman dulu”
“Yaa…tapi jangan lama- lama ya!” Seruku.
Tak lama kemudia, Yuddi datang menemuiku.
“Hai Nia!”
“Hai!” Sapaku ramah
Yuddi menatapku tajam, kemudian tersenyum kepadaku
“Nia, aku boleh nanya gak?”
“Nanya apa? Ngomong aja langsung!”
Yuddi mulai memegang tanganku, hatiku dag…dig..dug..gak karuan, ada apa dengan hatiku kini???
“Nia…… kamu mau nggak jadi pacarku?” Tanya Yuddi kepadaku. Mataku melongo, jantungku berdetak semakin kencang, aku sungguh nggak nyangka dia ngomong gitu denganku. Aku diam sejenak, aku malu menatap mata Yuddi. Pipiku memerah, aku hanya bisa menatap kebawah terus, melihat sepatu hitamku
“Nia…gimana??” Tanya Yuddi lagi
Aku pun memberanikan diri menatap mata Yuddi dan mengangguk
“ Ya!” sahutku sambil tersenyum. Yuddi kembali membalas senyumanku dan memelukku
Dari kejauhan….terdengar Rara berkata
“Cieee….ciiiee, ada yang baru jadian nieh!”
Aku tersipu malu, pipiku kian memerah, hatiku sangat bahagia. Hari ini adalah hari yang terindah bagiku.. Terimakasih Yuddi, kau lah penyembuh hatiku
****
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar