Created By : Yuliani Megantari^^^^ |
Minggu, 17 Februari 2013
Stoikiometri
PARALIS
Aku menyusuri lorong bercahaya itu. Lampu- lampu di lorong asing itu begitu terang untuk mataku, hingga aku memicingkan mataku sesipit mungkin untuk dapat melihat keadaan di sekitarku. Lorong itu begitu panjang tak berujung.
Namun, rasa penasaran menuntun kakiku untuk terus berjalan menyusuri lorong misterius itu. Aku melihat ruang gelap yang remang remang pada ujung lorong. Ternyata lorong itu memiliki ujung, berujung pada sebuah ruangan aneh dengan banyak alat elektronik dan kabel kabel yang selama ini belum pernah aku lihat. Ruangan itu berpintu besi, bercat tua. Suram! Kusam! Naluriku menyuruhku untuk masuk. Dan betapa terkejutnya aku saat menemui Lee Ann berada pada ruangan itu. Ia memakai masker yang menutup separuh wajahnya, aku hafal dengan mata sipitnya itu. Namun tatapan matanya tampak begitu sedih dan pilu. Tidak ada semangat kehidupan maupun keceriaan di mata Lee Ann. Mata sipitnya yang aku sukai itu hanya memancarkan warna pias. Sendu! Tangannya memegang peralatan elektronik. Di samping Lee Ann terdapat alat elektronik lain yang bergantian ia pakai. Sesekali Lee Ann menyeka peluh yang menetes di keningnya dengan punggung tangannya yang memakai sarung tangan karet. Lee Ann sepertinya tengah ‘merakit’ alat untuk sesuatu~maksudku seseorang yand terbaring di depannya. Menyambung begitu banyak kabel ke dalam tubuh kaku tersebut, memasukan chip- chip ke dalam setiap sendi gerak dari tubuh kaku itu, memasang sistem baru untuk kerja syaraf motorik pada tengkuknya, memasukan kerja lensa kamera di bagian mata, dan merangkai jutaan kabel ke dalam rangkaian syaraf dan pembuluh pada seluruh tubuh kaku itu. Seolah Lee Ann tengah merangkai sistem peredaran darah pada tubuh kaku itu dengan kabel berwarna warni dan mengganti jantung tubuh kaku itu dengan sebuah chip kecil seukuran biji kacang. Yang membuat aku lebih terkejut lagi, aku melihat sosok tak asing terbaring kaku di perbaringan depan Lee Ann. Matanya terpejam rapat, lemah. Sosok itu..yang tengah terbujur kaku itu.......adalah aku. Aku? Kenapa bisa aku? Aku membuka mata. Peluh membasahi seluruh tubuhku. Badanku panas di siang bersalju ini. Lagi- lagi mimpi itu. Mimpi buruk itu! Mimpi buruk yang sama seperti tiga malam sebelumnya. Aku benci mimpi itu. Apa artinya? Aku benar benar ingin melupakan mimpi mimpi itu! Kabel- kabel itu, Lee Ann dengan wajah sedihnya, dan tubuhku yang terbujur tak berdaya di ruangan aneh itu. Apa sebenarnya arti dari mimpi – mimpi misterius yang menghantuiku ini?. “Cinta itu apa?” Tanyaku kepada Lee Ann ketika kami duduk di tepi kolam. Air kolam yang beku karena cuaca sangat dingin. Lee Ann tersenyum. Aku suka senyumnya itu, “Cinta itu hangat” Aku mengerutkan kening menatap Lee Ann. Pertanda aku tak mengerti apa maksud ucapannya. “Cinta itu perasaan manusia yang bisa membuat berdebar-debar, merasa senang, ingin melindungi, merasa hangat, jengkel, cemburu. Semua itu adalah cinta” Terang Lee Ann panjang lebar. Aku mengerutkan kening, sama sekali tidak mengerti. “Kata- kata manis? Puisi? Cokelat?” “Itu bumbu penyedap cinta” Penjelasan Lee Ann sulit kupahami. Aku sama sekali tidak tau apa- apa. Aku belum pernah merasakannya. Sekalipun! Hingga saat ini “Kalau berdua duduk di tepi danau begini apa namanya?” “Mungkin awal dari cinta” Katanya sambil mengelus kepalaku. Oh Tuhan,, hatiku berdebar debar saat Lee Ann berkata seperti itu di depanku. Aku tidak akan pernah bisa melupakan tatapan matamu itu Lee Ann. Aku suka mata sipitnya. Entah kenapa aku merasa tubuhku begitu panas. Salju tokyo musim dingin begitu menggigit. Sungai membeku. Tumpukan salju menutupi jalan jalan besar sepanjang Tokyo. Aku melihat Lee Ann membuat boneka salju di depan rumahnya. Memakai sarung tangan tebal, baju berlapis lapis dengan jaket warna cokelat. Lee Ann cocok mengenakannya. Aku suka. Suka? Apakah suka juga termasuk cinta? Saat tau aku tiba, Lee Ann tersenyum. Mata sipitnya terlihat bersinar. “Aku membuat ini untuk kamu, Mei Leen”. Aku mengangguk sembari mendekati boneka salju itu. Sungguh lucu. Lee Ann kemudian memberi syarat padaku untuk lebih mndekat ke arahnya. Aku mendekat, berdiri di samping Lee Ann dengan boneka salju di sebelahnya.“Cheer..” Lee Ann memberi kode kepadaku untuk tersenyum ke arah kamera. Lengannya merangkul pundakku yang kedinginan. Kamera Lee Ann merekam gambar kami berdua. Hatiku tiba- tiba kembali hangat. Aku merasa senang, gembira, bahkan berdebar- debar.
Aku hanya ingin waktu berhenti sekarang juga. Saat aku bisa bersamanya, melihat sinar di matanya, merasakan hembusan nafasnya. Aku merasa berdebar- debar, tiap kali ini terjadi aku merasa lemah. Tubuhku merasa panas, seperti ada aliran api dalam darahku. Dan, teringat lagi mimpi buruk itu. Darah yang bersikulasi di vena dan arteriku menggelegak, seperti mendidih.
Ada apa dengan diriku? Ada apa dengan tubuhku? Sejauh ini aku belum pernah tau mengenai ‘penyakit yang membuat darah seakan panas’ “Mei Leen, ada apa denganmu? Mengapa wajahmu pucat sekali?” “Entahlah, aku merasa darahku menggelegak hebat. Walaupun salju terus mengguyur kota ini namun semuanya terasa panas” Tengkukku terasa berat, aku mengusap keningku. Lee Ann memegang keningku, tangannya bergetar “Ya..tuhan Mei Leen, badanmu panas sekali”. Tatapan matanya berubah. Sepertinya ia mengetahui sesuatu soal penyebabku demikian, akan tetapi ia menyembunyikannya dariku “Aku tidak ingin kehilangan kamu Mei Leen” Lee Ann menahan air mata. Aku tau, Lee Ann tidak mau menangis di depanku. Aku ingin bicara, tapi..tapi..kenapa suara ku tercekat di tenggorokanku? Pita suaraku sulit untuk digerakkan. Mustahil rasanya menggerakan semua sendi yang sudah mati ini. Aku terperanjat. Lagi- lagi mimpi buruk itu. “Ini..?” “Kamarmu, jangan kahwatir” Lee Ann memotong kalimatku. “Tadi kamu pingsan, di dekat boneka salju yang kubuatkan untukmu. Badanmu panas sekali” Sambungnya lagi. Aku mengerutkan kening. Aku pingsan? Di dekat boneka salju? Kapan? “Apa yang kamu rasakan sekarang?” Ia menatapku cemas. Aku menggelengkan kepala. Saat ini aku tak merasakan apa- apa, darahku mengalir stabil. Lee Ann memegang keningku, memastikan bahwa keadaanku baik- baik saja. Wajahnya begitu dekat, hanya berpaut beberapa senti saja dariku. Dan kembali, debaran itu! hangat..lalu panas. Terasa berat. “Lee Ann, apa semua mimpi ini ada hubungannya denganmu? Dengan kita? Lee Ann menatapku tajam dan menanyakan mimpi apa yang telah mengganggu pikiranku. Aku menceritakannya dari awal, dan tak sengaja sebuah kalimat meluncur begitu saja dari mulutku “Siapa aku?” Lee Ann tak bereaksi, hanya raut wajahnya saja yang sedikit berubah. Aku kembali bertanya dan ingin menangis. Tapi ini aneh, tak ada satu butir pun air mata yang menetes dari mataku. “Kau adalah Mei Leen, Mei Leen ku..” Lee Ann menatap tubuhku yang tak bisa bergerak. Aku sama sekali tak berdaya. “Dokter mengatakan kamu mengidap penyakit Virus Paralis. ini merupakan Virus RNA yang terdiri dari 3 strain berbeda dan menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan batang otot tubuh. Virus ini menular ke seluruh syaraf tubuh, setelah melalui usus akan menyebar ke saraf motorik. Dan kini virus ini telah menghancurkan saraf pusatmu, menyebabkan kelumpuhan permanen. Tapi aku akan menyelamatkanmu” Ujar Lee Ann kemudian membopong tubuh layuku yang tak berdaya. Ia membawaku ke ruang bawah tanah rumahnya, tempat penelitian Ayahnya yang sekarang berada di German menjadi Ilmuwan. Banyak alat aneh di tempat itu. Dan semuanya adalah alat yang digunakan untuk penelitian. “Aku akan memperbaiki semua sistem sarafmu yang telah rusak. Aku akan membuatkan sistem saraf motorik yang sempurna. Mengganti jantungmu dengan chip yang tak pernah rusak. Lalu, pembuluh Vena dan Arterimu kuganti dengan kabel- kabel sempurna ciptaan ayah, agar darahmu tetap mengalir selamanya..Aku akan menjadikanmu setengah robot, hingga tak ada virus yang bisa menyerangmu, dan aku akan bisa selalu hidup bersamamu” Kata Lee Ann sedih sambil menatap mataku. Ia pun mulai merakit tubuhku dengan banyak alat elektronik. Namun tak ada yang sempurna di dunia ini, jika aku masih setengah robot. Mesin- mesin yang ada dalam tubuhku akan terbakar bila aku mendengar pengakuan cinta dari orang yang aku cintai. Dan aku akan hancur lebur menjadi abu. Menghitung hari menunggu ajal menjemputku. Namun aku bisa mati dengan senyum bila Lee Ann akan terus berada disisiku seperti saat ini.

Langganan:
Postingan (Atom)