Menu Utama

Rabu, 05 Oktober 2011

Tragedi perpustakaan




Pengap, panas, lelah, haus, itulah yang pantas dirasakan kini. Di dalam perpustakan banyak orang lalu lalang, ada yang duduk- duduk, membaca, menulis, numpang menonton tv, numpang ngerumpi, bahkan ada yang hanya duduk dan diam, tak melakukan aktivitas sama sekali. Di bagian rak- rak buku, terdengar suasana gaduh, entah terjadi apa disana namun orang- orang tetap tenang tenang saja.
“Udah ketemu?”Terdengar suara dari sebelah kiri rak rak buku.
“belom, loe yakin bukunya ada disini?”tanya seorang laki laki didepannya
“yakin banget, kalo gak yakin, gak mungkin gue ajak loe kesini”
tiba tiba...
“bbraaa..kk!”tumpukan buku yang ada dirak itu jatuh semua
Semua orang tersentak kaget, dan menoleh ke arahnya. Wajahnya pucat pasi, rasa takut, bimbang, malu, campur aduk jadi satu. Teman yang berada di rak sebelah, ternganga dan menahan tawa. Petugas perpustakaan yang sedang sibuk ngerumpi dengan guru- guru yang lain tertegun, naik darah kemudian memekik
“Mau ngapain kamu?”
Ia menunduk, takut dan malu, segera ia membereskan buku buku yang berserakan itu.
“Kamu bisanya buat onar aja di sini! besok dan sampai 2 minggu lagi kamu yang gantiin ibu bawa bawa buku kiriman baru setiap pagi, itu hukumannya!”bentaknya lagi
Dalam hati ia sangat kaget dan kesal, namun ia diam saja dan tak berani melawan, Temannya ikut membantu.
“Loe pasrah aja don, gue disini masih setia bantu loe kok!”ujar temannya itu
“Makasih rik, tapi telinga gue ni panes banget, liat deh, semua orang pada ngomongin gue”
Riki menoleh ke sekitarnya, dan benar saja! Hampir seisi ruangan sepertinya membicarakan mereka berdua, guru- guru memperlihatkan raut yang tak enak dipandang, murid- murid berbisik bisik membicarakan mereka, entah apa yang dibicarakan, yang terdengar hanya waswosweswaswoswes, namun ada juga beberapa dari mereka yang tak peduli atau masih duduk dan tidak beraktivitas sama sekali. “Ada berkahnya juga sih kalo loe dihukum kayak gini, buku itu pasti cepet ketemu :)!”
“loe ada benernya juga, tapi denger kan hukumannya?masa gue jadi petugas gratisan?enak aje!”ucapnya
“udah, pasrah aja!”
“Ngapain kalian?mau ibu tambah lagi hukumannya?kamu(melototi riki), mau saya hukum juga hah?pergi aja kamu!”
“Yee...bu, saya kesini kan mau baca, bukan ngerumpi kayak murid murid lainnya yang lagi pada ngerumpi di sini(sambil menoleh murid- murid yang asyik ngerumpi disebelahnya), apalagi yang cuma ke perpus buat nebeng nonton tv(sambil melirik murid2 yang asyik menonton tv)”
Guru berambut kribo itu semakin geram, pulpen yang ia genggam dilemparnya ke arah murid- murid yang asyik ngerumpi, remote tv yang di atas meja, ia ambil dan tv dimatikan
Pulpen itu melayang mengenai murid murid yang sedang asyik ngerumpi, kabel tv dicabut, dan seluruh murid yang melakukan aktivitas selain membaca diusir dari ruangan itu. Itu juga belum sesadis yang biasanya. Murid murid terkejut, mereka yang dimarahi, berlari berhamburan, rasa takut muncul dari benak mereka, mereka pun bersembunyi ke tempat yang aman. Doni dan Riki kini merasa lebih sedikit lega karena orang orang yang mencibir mereka ikut pula di usir dari ruangan.
“pinter juga loe, thanks yoi, loe emang is the best friends gue yang paling baek”ujar Doni
“gak sampe segitunya juga, alay loe, lanjutin aja proyek kita ne, biar bukunya cepet ketemu!”seru Riki
Dua hari telah berlalu, dan selama itu pula Doni menjadi petugas perpustakaan di sekolahnya. Setiap jam istirahat, ia harus ke perpustakaan setelah makan siangnya, makan pun harus hanya 5 menit dan tidak boleh lebih. Tapi alhasil, tetap saja dia tidak menemukan bukunya itu.
Buku itu memang sangat berharga baginya, itu adalah buku kakeknya yang ia pinjam untuk membuat patung tanah liat berkulit anyaman minggu depan. 3 hari yang lalu, Ia dan sahabat dekatnya ke perpustakaan mencari bahan lain, namun karena kecerobohan 2 sahabat itu, saat mencari buku lain buku itu di tinggalkan di rak buku perpustakaan dan menghilang. Yang ia takutkan, betapa marah kakeknya nanti.
Ketika itu, Doni sedang membawa paket paket komik dari mobil pengangkut, dan tiba- tiba..............
“BRRAAAKK!”
Semua buku itu berhamburan di lantai,
“upps, sorry..sorry ya!”
gadis itu segera membereskan buku buku yang berserakan. Doni kesal, ia langsung membereskan buku itu dan menaruhnya di rak rak buku. gadis itu merasa bersalah, namun ia hanya diam menunduk karena takut melihat kemarahan Doni meledak. Ia segera berlari ke rak buku kesenian, dan mencari buku yang ia inginkan
“Kalo mau nyari sesuatu hati2 dulu, pake tu mata!”ujar Doni sinis yang berkacak pinggang disebelahnya. Perempuan itu menolehnya lalu menyahut
“ya..ya, maaf deh. Yang tadi itu gak sengaja"
Doni geram, lalu memekik
“Makanya, kalo jalan pake tu mata! jangan seenaknya aja! loe mana tau rasanya jadi gue”
“Eh,gue kan udah minta maaf tadi? jangan ngaco..dasar tukang ngomel!”gerutu gadis itu.
Doni semakin marah, pertarungan mulut itu semakin sengit. Petugas perpustakaan yang melihat mereka menjadi geram
"Heh, bisa gak kalian diam? Kamu!(menoleh Doni), mau saya tambah lagi hukumannya hah?? Dan kamu juga(menunjuk gadis itu), mulai sekarang kamu ikut saya hukum! Mengerti?"
Gadis itu terbelalak, lalu berkata
"What? Gue harus ikut dihukum? Gamau bukk,, saya ogah sama orang yang suka nuduh sembarangan!"
"Siapa juga yang mau dihukum sama loe, seharusnya sekarang hukuman gue bisa berkurang. Dan loe yang harus gantiin hukuman gue! "
"Sudah,..sudah cukup! kalian berdua saya hukum 1 bulan menjadi petugas perpustakaan! Semua ini akan saya adukan ke Bapak pimpinan!"
Mereka berdua akhirnya pasrah, namun di setiap benak masing- masing tetap masih ada dendam yang membara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar